KOTA TUA
Kota tua adalah kawasan seluas
846 hektar di wilayah kotamadya Jakarta Utara dan Jakarta Barat yang dibatasi
oeh Luar Batang dan Pelabuhan Sunda Kelapa di Utara serta bangunan Candranaya
di Jl. Gajah mada sebagai batas Selatan. Sungai membatasi bagian Timur dan
Barat. Di kawasan ini terdapat tidak kurang 250
bangunan tua berdesain khas Eropa nan artistik sangat menarik untuk
dijelajahi sambil menikmati atmosfir tata kota yang berbeda dibandingkan
kawasan lain di Jakarta.
Tempat-tempat yang bisa dikunjungi
diantaranya :
1. Taman Fatahillah
Taman Fatahillah dahulu disebut Taman Balaikota atau
Staduhuisplein yang terletak tepat di
pusat kota Batavia. Berdasarkan lukisan yang dibuat oleh pegawai VOC
berkebangsaan Denmark “Jahannes Rach”, di tengah lapangan tersebut dahulu
terdapat air yang mancur yang airnya berasal dari Pancoran Glodok dan dimanfaatkan sebagai satu-satunya sumber
air bagi masyarakat setempat pada abad ke-18.
2. Museum Sejarah Jakarta
Museum ini disebut juga Museum Fatahillah dahulu merupakan
Gedung Balaikota (Stadhuis). Pembangunan gedung dimulai tahun 1707 di bawah
pemerintahan Gubernur Jenderal Joan van Hoorn dan selesai tahun 1710 di masa
pemerintahan Gubernur Jenderal Abarham Van Riebeeck. Gedung ini digunakan
sebagai museum pada tahun 1974. Koleksinya mencapai lebih dari 23.000 buah
dengan beberapa koleksi unggulan : Meriam Si Jagur, pemisah ruangan bergaya
Baroque dari abad ke-18, pedang eksekusi, lukisan para Gubernur Jenderal Hindia
Belanda tahun 1602-1942.
Alamat : Jl. Taman Fatahillah No. 1, Jakarta Barat
Telp : (021)6929101, Fax : (021)6902387
3. Museum Wayang
Gedung ini dahulu bernama De Oude Hollansche Kerk
(Gereja Lama Belanda) terletak di sisi Barat lapangan Fatahillah. Pertama kali
dibangun tahun 1640. Setelah diperbaiki tahun 1732, berganti nama menjadi De
Nieuwe Hollandse Kerk (Gereja Baru Belanda). Tahun 1808 gedung ini mengalami
kehancuran hebat. Museum Wayang ada sekarang dibangun di atas tanah bekas
reruntuhan gereja tersebut dan diresmikan penggunaannya pada tanggal 13 Agustus 1975. Di dalamnya ada
lebih dari 4.000 koleksi wayang dan boneka dari berbagai negara dari dalam dan
luar negeri seperti Tiongkok, Kamboja Eropa, Thailand, Suriname, Vietnam,
India, dan Kolombia.
Alamat : Jl. Pintu Besar Utara No. 27, Jakarta Barat
Telp : (021)6929560, Fax (021)6927289
4. Museum Seni Rupa dan Keramik
Gedung ini dibangun tahun 1870 hasil rancangan arsitek
berkebangsaan Belanda Jhr.W.H.F.H. Van Raders. Pertama kali digunakan sebagai
Rad van Yustitie atau Kantor Pengadilan tahun 1881 saat pemerintahan Gubernur
Jenderal Picter Mijer. Di dalamnya terdapat sekitar 500 karaya seni rupa serta
keramik dari jaman kerajaan Majapahit (abad ke-14), Cina (dinasti Ming dan
Ching, serta koleksi lain dari berbagai negara dan daerah di Indonesia.
Alamat : Jl. Pos Kota No. 2, Jakarta Barat
Telp : (021)6926091, Fax (021)6926091
5. Kantor Pos Taman Fatahillah
Gedung ini dibangun tahun 1928 oleh kotraktor Nedam
hasil rancangan Ir. R. Baumgartner arsitek pada Bouwkundig Bureau yang ada di
Departemen van BOW. Digunakan sebagai kantor pos sejak awal pendiriannya hingga
sekarang.
Alamat : Jl. Fatahillah No. 3, Jakarta Barat
6. Café Batavia
Café ini sejak pengoperasiannya tahun 1993 banyak
diminati oleh wisatawan domestic dan mancanegara karena keunikan tempat, penataan
dan suasananya.
Alamat : JL. Pintu Besar Utara No. 14, Taman Fatahillah, Jakarta Barat
Telp : (021)6915531, Fax (021)6915534
7. Jembatan Kota Intan
Jembatan ini adalah jembatan kayu yang menghubungkan
sisi Timur dan Barat Kota Intan. Dibangun tahun 1628 dengan nama Jembatan
Inggris (Engelse Brug). VOC memberikan nama baru Middlepunt Brug (Jembatan
Pusat) setelah perbaikan tahun 1655, namun saat itu masyarakat menyebutnya
Jembatan Pasar Ayam. Jembatan ini diubah namanya menjadi Juliana saat perbaikan
tahun 1938. Barulah Jembatan ini diperkenalkan sebagai Jembatan Kota Intan
sejak Indonesia merdeka disesuaikan dengan lokasi jembatan yang berada di
kawasankastil Batavia yang bernama Diamond (Intan).
Alamat : Jl. Kali Besar Barat, Kel. Roa Malaka, Kec. Tambora, Jakarta Barat
8. Pelabuhan Sunda Kelapa
Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan cikal bakal kota
Jakarta yang sarat dengan nilai sejarah, bahkan jau melampaui keberadaan kota
Jakarta (sekitar abad ke-16). Sunda Kelapa telah dikenal sejak jaman kerajaan
Tarumanegara, yang kemudian dikuasai kerajaan Sunda yang beribukota di Pakuan
Pajajaran atau yang lebih dikenal dengan nama Pajajaran, kemudian direbut oleh
Pasukan Kerajaan Demak dan Cirebon.
Alamat : Kel. Penjaringan, kec. Penjaringan, Jakarta Utara
9. Stasiun Beos Kota
Stasiun Kereta Api Jakarta Kota atau lebih dikenal
dengan nama Stasiun Beos. Ada beberapa versi mengenai asal nama Beos
diantaranya : B.O.S. (Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij atau Maskapai
angkutan kereta apai Batavia Timur) yakni sebuah nama sebuah perusahaan swasta
yang menghubungkn Batavia dan Kedunggedeh. Versi lain menyebutkan kata Beos
berasal dari kata Batavia En Omstreken berarti Jakarta dan sekitarnya. Hal ini
menunjukan stasiun kereta api saat itu berperan penting menghubungkan Jakarta
dengan kota-kota lain di sekitarnya seperti: Bakassie (Bekasi), Buitenzorg
(Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang) dan kota-kota lain di
sekitarnya.
Alamat : Jl. Taman Stasun Kota No. 1, Jakarta Barat
10. Menara Syahbandar
VOC membangun menara ini tahun 1839 di muara kali Ciliwung
untuk mengawasi darat dan laut. Di bawahnya terdapat ruang bawah tanah untuk
tempat para tahanan. Sebelum pendirian menara, di tempat ini berdiri salah satu
bastion kota Batavia (Cullemborg Bastion). Ada dua menara di samping bangunan
dan sebuah bangunan tepat di depannya yang dulu berfungsi sebagai gudang
navigasi dan administrasi perdagangan.
11. Museum Bahari
Bangunan ini dulu ada di dalam kompleks Westzijdsche
Pakhuizen (gudang-gudang bagian Barat sungai) yang berada dekat pelabuhan Sunda
Kelapa. VOC membangun gudang-gudang tersebut tahun 1652 untuk tempat
penyimpanan sementara rempah-rempah sebelum dikirim ke Eropa. Bangunan ini
difungsikan sebagai museum tahun 1977, memamerkan berbagai keragman budaya
bahari Indonesia, perlengkapan menangkap ikan, koleksi yang berhubungan dengan
teknologi pelayaran, keragaman hayati laut, sejarah pe.abuhan Jakarta, serta
pelayaran kapal uang Indonesia-Eropa.
Alamat : Jl. Pasar Ikan No. 1, Jakarta Utara
12. Masjid Luar Batang
Masjid ini awalnya adalah mushola orang-orang Jawa
yang mulai digunakan sebagai masjid tahun 1739. Berdasarkan peta yang divbuat
Van Der Parra tahun 1780, dahulu kawasan ini dulu dinamakan Javasche Kwartier
karena banyaknya orang Jawa yang tinggal di kawasan tersebut. Nama Luar Batang
muncul karena orang yang pergi ke kawasan ini dianggap pergi ke luar kota dan
harus melewati tanda batas berbentuk batang(tidak diketahui apa jenis batang
yang dimaksud). Masyarakat kemudian menyebutnya Luar Batang.
Alamat : Jl. Luar Batang I, Kampung Luar Batang, Jakarta
Utara
13. Museum Bank Indonesia
Gedung ini dibangun tahun 1828, eks De Javasche Bank (DJB). Disini tersimpan benda-benda dan dokumen bersejarah yang berkaitan degan kegiatan Bank Indonesia di masa lampau. Ada beberapa ruang diantaranya Ruang Pameran Sejarah Bank Indonesia yang menceritakan perjalanan ssejarah Bank Indonesia sejak sebelum kedatangan bangsan asing hingga terbentuknya Bank Indonesia sejak tahun 1953, Ruang Numistik yang menampilkan sejarah uang di Indonesia, dan Ruang Emas Moneter, serta beberapa ruang lain yang difungsikan untuk berbagai kegiatan edukasi, diskusi atau kegiatan lain.
Alamat : Jl. Pintu Besar Utara No. 3, Jakarta Barat
Telp : (021)2600158 ext. 8111, 8102, 8100, Fax : (021)2601730
14. Museum Bank Mandiri
Gedung eks Nederlandsche Handel Maatschappij ini dibangun tahun 1929-1932 hasil rancangan biro arsitek A.P. Smits, C. van de Linde & J.J.J. de Bruyn. Tahun 2005 bangunan ini menjadi asset Bank Mandiri dan diperuntukan sebagai Museum Bank Mandiri, museum perbankan pertama di Indonesia. Museum ini menyimpan beragam koleksi seperti : koleksi buku besar, mesin hitung, uang koin, uang kertas kuno, serta berbagai surat berharga dan dilengkapi dengan berbagai perabotan antic bersejarah.
Alamat : Jl. Lapangan Stasiun No. 1, Jakarta Barat
Telp : (021)6902000, Fax ; (021)5274477
15. Gedung Mandiri Kanwil III
Gedung ini dibangun April 1937 dan diresmikan
penggunaannya tanggal 25 Mei 1940, hasil
rancangan dua arsitek Belanda yaitu : J.F.L. Blankerberg (1888-1958) dan C.P.
Wolf Schoemaker (1882-1949). Tanah yang berada di Stationsplein-Binnen-Niewpoortstraat-Magazijnsweg
dibeli pada akhir tahun 1920. Gedung ini digunakan khusus sebagai kantor
Nederlandsche-Indische-Handelsbank (NIHB) yang sedang mengambangkan bisnisnya
saat itu.
Alamat : Jl. Stasiun Kota No. 2, Jakarta Barat
16. Gedung VOC Galangan
Gedung ini peninggalan kolonial Belanda abad ke-17.
Bangunannya artistik dikelilingi beberapa bangunan bersejarah lainnya seperti :
Museum Bahari, Menara Syahbandar, Pelabuhan Sunda Kelapa.
Alamat : Jl. Kakap No. 1, Jakarta Utara
Telp : (021)6670981, Fax : (021)6678501
17. Gedung BNI 46
Gedung ini
dibangun tahun 1960 hasil rancangan arsitek F. Silaban, seorang arsitek
Indonesia yang banyak merancang bangunan monumental di Jakarta saat itu. Gedung
ini banyak menggunakan permainan bidang untuk mengantisipasi curah hujan dan
sinar matahari yang banyak terdapat di negara tropis.
Alamat : Jl. Lada No. 1, Jakarta Barat
18. Gedung Asuransi Jasindo
Gedung eks kantor Gebouw West Java ini terletak persis
di sebelah kantor Pos Kota. Meskipun telah berusia puluhan tahun, gedung
berlantai tiga ini masih berdiri tegak menyisakan pesona keindahan masa
lalunya.
Alamat : Jl. Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat
19. Gedung Eks Chartered Bank of India, Australia,
& China
Gedung ini dibangun tahun 1920 hasil rancangan arsitek
EHGH Cuypers, saat era perdagangan pemerintah Hindia Belanda sedang jaya dan
pembangunan gedung di kota Batavia bagian Utara sedang gencar-gencarnya
dilakukan. Gedung ini awalnya digunakan sebagai kantor cabang Chartered Bank of
India, Australia, & China di Batavia. Sejak 2 Maret 1965 pengelolaannya
diserahkan kepada Bank Umum Negara (BUNEG) yang kemudian menjadi Bank Bumi Daya
(BBD) pada bulan Desember 1968.
Alamat : Jl. Kali Besar Barat No. 1-2, Jakarta Barat
20. Gedung Bank Mandiri Eks Escomptobank
Gedung hasil rancangan biro arsitek Fermont &
Cuypers ini dibangun dalam dua tahap, gedung pertama yang menghadap ke Jl.
Pintu Besar Utara dibangun tahun 1904, dan gedung kedua yang berada di pojok
jalan dibangun tahun 1921. Gedung ini awalnya merupakan kantor pusat
Nederlansch-Indische Escompto Maatschappij di Batavia yang dibeli tahun 1902.
Alamat : Jl Pintu Besar Utara No. 23-26, Jakarta Barat
21. Gedung Jasa Raharja
Gedung ini dibangun sekitar abad ke-19, memiliki
desain unik khas Eropa. Langit-langit bangunan yang menjulang tinggi berhiaska
lukisan, dengan jendela berhias kaca patri serta bagian jendela lainnya dihiasi
besi bercat keemasan dengan ornamen unik yang selaras dengan ukiran pada tangga
bangunan. Pada dinding masih menempel tanda (sejenis prasasti) yang menandai
keberadaan bangunan yang dipercantik bentuk hiasan yang sangat klasik.
Alamat : Jl. Kali Besar Timur No. 10, Jakarta Barat
22. Toko Merah
Gedung ini dibangun pada tahun 1730 oleh Gustaff Baron
van Immhoff. Gedung ini hampir seluruhnya berwarna merah dan terletak di
pinggir Groote River (Kali Besar). Gedung ini telah menjadi saksi sejarah kisah
suram pembantaian berdarah warga Tionghoa yang terjadi tahun 1740. Toko Merah
juga pernah digunakan sebagai kampus Akademi Maritim (Academiede Marine) dan
asrama para kadet.
Alamat : Jl. Kali Besar Barat No. 11, Jakarta Barat
23. Vihara Dharma Bakti
Klenteng ini dibangun tahun 1650 oleh Guo Xun Guan.
Awalnya diberi nama Klenteng Guan Yin dan digunakan sebagai tempat pemujaan
Dewi Guan Yin (Dewi Kemurahan Hati). Tahun 1755 seorang kapten Cina merubah nama
kuil tersebut menjadi Jin De Yuan (Kuil Dengan Penuh Kebaikan)
Alamat : Jl. Kemenangan No. 3, Jakarta Barat
24. Gereja St. Maria de Fatima
Gereja ini disebut juga Gereja Taosebio. Gereja ini
memiliki struktur bangunan menyerupai klenteng, lengkap dengan ornamen khas
Cina, termasuk patung singa yang mengapit bangunan sisi kanan dan kiri bangunan utama. Tanda yang tampak bahwa ini adalah sebuah gereja adanya tiang salib besar
di atas genteng dan tulisan Gereja St. Maria de Fatima yang dipasang di atas
pintu utama. Bangunan gereja ini dulunya rumah milik seorang Kapitan Cina
bermarga Tjioe. Jemaat gereja kebanyakan warga Tionghoa dan melakukan ritual
dan pelayanan dalam bahasa Mandarin.
Alamat : Jl. Kemenangan III No. 47, Jakarta Barat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar