Kamis, 20 September 2012

Kendaraan Tua Yang Bertahan Di Jakarta


KENDARAAN TUA YANG BERTAHAN DI JAKARTA

Selama 485 tahun kota Jakarta telah banyak menyimpan cerita. Moda trasnportasinya pun selalu berkembang dan berganti. Namun masih ada moda transportasi tua yang masih bertahan hingga kini. Selama puluhan tahun mereka jadi bagian sejarah dari trasnportasi kota Jakarta.

1.       Bemo
Bemo singkatan dari Beca Motor, adalah kendaraan roda tiga yang mampu menampung banyak penumpang. Bemo berasal dari Jepang. Penggunaan bemo di Jakarta dimulai dimulai tahun 1962 bersamaan dengan pesta olah raga Ganefo. Mulanya, kendaraan bemo untuk menggantikan becak, karena dinilai lebih efisien dengan memuat banyak penumpang. Di Jepang, bemo digunakan untuk mengangkut barang. Di Jakarta kendaraan ini diberi kursi penumpang. Meski pabrik suku cadang bemo di Jepang telah ditutup, mereka tetap bisa bertahan dengan suku cadang tiruan buatan lokal. Kini bemo bias kita jumpai di beberapa tempat seperti benhil, Semper, Tanah Abang, Pasar Baru, dan Pupar.

2.       Ojeg Sepeda
Sepeda Onthel merupakan salah satu sepeda klasik yang ada di Indonesia. Pada jamannya, sepeda  ini menjadi primadona sekaligus melambangkan status sosial. Bergesernya jaman, sepeda onthel pun ikut berubah menjadi ojeg sepeda. Seperti tahun 70-an dan 80-an, ojeg sepeda laris manis. Namun lagi-lagi perkebangan teknologi menggeser keberadaan ojeg sepeda ini.  Jumlah ojeg motor semakin menggilasnya. Kendati begitu masih ada yang bertahan.  Saat ini ojeg sepeda dapat ditemui di daerah Tanjung Priok dan kawasan Kota Tua. Khusus di kawasan Kota Tua, sepeda onthel disewakan 20-25 ribu perjamnya. Sementara untuk ongkos ojeg sepeda tergantung dari jarak tempuh.

3.       Getek
Angkutan tradisional yang satu ini berbentuk perahu dengan atap berukuran 2x4 meter. Masyarakat menamainya getek. Meski disebut perahu, getek tidak bergerak bebas, lazimnya perahu lainnya. Getek hanya bergerak dari satu sisi kali ke sisi lain di seberangnya. Getek digerakan oleh 1-2 orang dengan menarik tali yang membentang di tengahnya. Transportasi ini sudah ada sejak tahun 1970-an. Fungsinya membantu warga yang hendak menyeberang kali, karena pada jaman itu belum banyak jembatan. Kalaupun ada, jaraknya cukup jauh dan memakan waktu. Getek mudah dijumpai di kawasan Sawah Besar, Mangga Dua, dan daerah berkali lainnya. Ongkosnya relatif murah, sekali menyeberang hanya memberi seikhlasnya saja.

4.       Bentor
Bentor merupakan kependekan dari Becak Bermotor. Becak ini berkapasitas 2 orang penumpang, pengemudi berada di depan, sedang kabin penumpang berada di belakang pengemudi. Bentor mulai beroperasi di Jakarta sekitar tahun 80-an. Sama seperti bemo, keberadaan bentor kala itu untuk menggantikan becak. Dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, bentor beroperasi di wilayah Kemayoran, Bintaro, dan Senen. Dilihat dari drastisnya penurunan jumlah bentor , diperkirakan akan punah dalam waktu yang tidak terlalu lama.

5.     

           Delman
Salah satu transportasi tradisional yang mash bertahan digerus perkembangan jaman adalah delman. Hampir di seluruh daerah di Indonesia, termasuk Jakarta memiliki kendaraan berkuda ini. Keberadaan delman di Jakarta pun cukup lama, hampir satu abad. Namun, kini delman hanya bertahan di pinggiran kota Jakarta seperti Ulujami, Kebayoran Lama, Kebon Jeruk, dan beberapa daerah pinggiran lainnya. Di daerah sub urban tersebut delman beradu nasib dengan ojeg, bentor, serta kendaraan lainnya. Dengan persaingan yang begitu ketat, sang kusir delman harus rela menerima ongkos penumpang yang relatif kecil, sekitar Rp2.000/penumpang. Maka tidak jarang para kusir delman membanting setir, lebih memilih untuk menyewakan delmannya di tempat-tempat wisata dari pada sebagai transportasi umum.

6.       Bajaj
Warna orange mencolok, bising, dan knalpot penuh asap, mungkin itulah yang tepat menggambarkan kendaraan yang satu ini, bajaj. Meskipun. Meski terkadang membuat kesal pengguna jalan lainnya, bajaj tetap menjadi pilihan transportasi oleh warga Jakarta. Kendaraan beroda tiga ini memiliki 2 kabin, 1 bagian depan untuk sopir dan bagian belakang untuk penumpang. Bajaj lama memang identik dengan kendaraan berpolusi karena masih menggunakan mesin 2 tak dan bahan bakar premium. Untuk mengurangi polusi, pemerintah daerah mengganti bajaj dengan bahan bakar gas. Hasilnya, polusi udara dan suara pada bajaj dapat berkurang.